Konflik Dikali Padang, Kaum Tani Terus Terbebani

Berita Sidikkasus.co.id

Taliabu – Jumat, 28/02/2020. Jika pada umumnya sungai(kali) adalah sumber kehidupan bagi masyarakat dipedesaan, maka lain halnya dengan keberadaan salah satu sungai yang terletak Didesa Padang, Kecamatan Taliabu Utara Kabupaten Pulau Taliabu Maluku Utara (Malut)

Bagi penduduk setempat, (warga Padang), sungai yang dimaksud telah manjadi sumber pendapatan yang strategis dengan membuat jembatan dari Kayu sebagai penyeberangan alternatif, sehingga ada patokan tarif bagi para pengguna.

Diperkirakan 130 orang petani dari beberapa desa, khususnya dari warga Tikong memiliki lahan perkebunan diwilayah Desa Padang yang menjadi langganan setiap harinya dipenyebrangan tersebut, sebab untuk bisa menempuh perjalanan kelahan mereka pilihan satu satunya harus menggunakan jasa penyebrangan tersebut sebagai alternatif.

Keadaan yang sudah puluhan tahun dialami oleh mereka, maka lahirlah inisiatif untuk membuat jembatan penyebrangan lain secara swadaya guna meminimalisir biaya yang dipakai setiap hari.

Namun nahas, jembatan yang belum lama dikerjakan dan dipakai itu kembali dirusak oleh sejumlah oknum setempat dengan alasan izin serta omzet yang mulai berkurang dari yang sebelumnya.

Rinto Palalang yakni Pemerintah Desa setempat membenarkan peristiwa yang terjadi, dia yang dihubungi oleh media ini mengatakan bahwa aksi pengrusakan jembatan yang dibangun oleh warga Tikong itu dilakukan oleh kelompok pemuda didesa Padang.

“memang ada sedikit konflik kemarin, tapi saya sudah arahkan itu, suada keputusan itu, jadi Ada sekitar 40 orang yang naik kepadang ,tujuan dong naik itu katanya mau cari solusi atau bagaimana baiknya” tuturnya via seluler.

Rinto juga menjelaskan bahwa adanya aksi yang dilakukan oleh sejumlah oknum terhadap pembongkaran jembatan milik petani itu karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya kepada pemerintah desa pada saat melakukan pekerjaan.

“Persoalannya dari awalkan khususnya masyarakat Tikong yang punya kebun diwilayah Desa Padang mereka itu yang buat jembatan sendiri, mereka tidak izin kedesa, tidak konfirmasi, akhirnya masyarakat padang komplein, dan setelah mereka buat jembatan itu akhirnya jembatan untuk masyarakat padang sudah tidak ada lagi yang lewat karena mereka (petani)punya itu gratis, itu masalahnya. Itu salah juga kan. Jadi Pemuda desa Padang yang bongkar jembatannya. Karena mau dapat apa lagi masyarakat” lanjutnya

Untuk meredakan konflik yang terjadi antara warganya dengan petani didesa sekitar akibat sungai yang ada didesanya itu, maka dirinya memutuskan untuk menyatukan jembatan antara petani dan warganya serta membebaskan para petani khususnya dari desa tikong untuk melintas dijembatan tersebut dengan syarat membayar iuran perbulan.”Akhirnya saya mengambil kebijakan atau keputusan, saya jadikan jembatan yang dua itu jadi satu jembatan, orang yang masyarakat tikong yang punya kebun dipadang itu lewat bebas sudah, dengan perjanjian bahwa perbulan mereka bayar perorang 10 ribu dikali dengan 150 orang, oke sudah supaya aman Jadi uangnya akan masuk kepemuda dulu untuk sekarang ini. Setelah itu baru kita atur ke gereja dengan mesjid, itu harus masuk, rencana saya seperti itu, Artinya kita lihat dua minggu berjalan bagus atau tidak” tutupnya (deras)

Komentar