Dengan Menaiki Paddle Board, Menteri Susi Pudjiastuti Panen Rumput Laut

Tak Berkategori

FAKFAK,JKN – Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti melakukan panen raya rumput laut di kampung Saharei Distrik Fakfak Timur Kabupaten Fak Fak, Papua Barat. Jumat (23/3).

Dengan menaiki paddle Board, tanpa ragu, Susi langsung turun ke laut bersama puluhan pembudidaya yang telah menunggu kedatangannya. Panen raya rumput laut tersebut dilakukan pada lahan seluas 4 hektar yang merupakan hasil dukungan program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Pemda setempat.

“Panen raya ini diharapkan akan menjadi awal menuju ekonomi masyarakat yang lebih baik. Saya ingin rumput laut ini menjadi alternatif usaha dan secara langsung meningkatkan pendapatan masyarakat disini”, ungkap Susi didepan ratusan masyarakat yang hadir.

Susi tiba di Fakfak setelah sebelumnya melakukan rangkaian kunjungan kerja selama 7 (tujuh) hari ke beberapa Kabupaten di Propinsi Papua dan Papua Barat.

“Saya ingin bapak dan ibu disini menekuni usaha budidaya rumput laut ini. Disini ada PT. Algae, saya harap nanti harga rumput laut tidak dipencet-pencet. Perusahaan harus peduli dengan pembudidaya, sehingga masyarakat akan terpacu semangatnya untuk bekerja,” ujar perempuan kelahiran Pangandaran ini.

Sementara itu, lanjut Susi menyampaikan, bahwa perairan di tanah Papua ini luar biasa kaya, oleh karenanya Susi berpesan agar masyarakat bisa menjaga kelestarian sumberdaya laut, serta memanfaatkan dengan cara bertanggungjawab dan tidak merusak demi anak cucu kita.

“Bapak Ibu harus bersyukur atas karunia Tuhan dengan kekayaan perairan yang luar biasa besar. Pemerintah telah berhasil mengusir para pelaku illegal fishing, sebanyak 363 kapal asing telah kita tenggelamkan. Kalau bapak ibu kufur, nanti pasti akan celaka. Saya ingatkan bapak ibu tidak melakukan penangkapan ikan dengan portas, ngeruk pasir dan buang sampah plastik di laut,” ujar Susi.

Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penyerahan bantuan kebun bibit rumput laut kultur jaringan sebanyak 40 unit atau seluas 2,5 hektar kepada kelompok pembudidaya di kampung Saharei.

Dalam dialog dengan Menteri Susi, ketua adat Saharei, Abdul Kadir Manggawa, mengatakan bahwa dukungan rumput laut yang diberikan Pemerintah sangat membantu dalam memberikan tambahan pendapatan. Ia juga menyampaikan keinginannya kepada pemerintah untuk merealisasikan program transfer nelayan.

Menurutnya ini harapan semua masyarakat. Dengan program transmugrasi nelayan ke distrik Weri, maka akan ada transper pengetahuan bagi masyarakat. Kadir juga meyakini jika SDM manusia kuat, maka pembangunan akan berjalan baik.

“Kami sangat berterima kasih kepada ibu Menteri atas dukungan rumput laut ini. Oleh karenanya, kedepan mohon fasilitasi dari ibu Menteri dan Bapak Bupati, agar harga rumput laut bisa stabil dan bagus terus. Hal ini akan menambah semangat kami untuk menekuni usaha ini,” pinta kadir.

Kegiatan tersebut dilanjutkan Susi dengan membuka acara workshop rumput laut nasional di hotel Grand Papua. Workshop yang bertajuk “Kemitraan antara pemerintah dan swasta untuk membangun bisnis rumput laut berkelanjutan” dihadiri seluruh stakeholders rumput laut mulai dari perusahaan industri nasional, eksportir, Pemerintah, praktisi, pembudidaya dan elemen lainnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, menyatakan bahwa KKP akan menjadikan Kab. Fakfak sebagai salah satu sentra pengembangan budidaya rumput laut nasional.

Ia berharap pengembangan rumput laut di Fak Fak bisa mendorong peningkatan kapasitas produksi. Dengan demikian, nantinya sistem bisnis ini bisa terintegrasi dari hulu hingga hilir. Pentingnya mengimplementasikan peta jalan rumput laut nasional, lanjut Slamet, agar bisa menata sistem tata niaga rumput laut yang lebih efisien dan transparan.

“Rantai tata niaga harus efisien dengan memutus rantai distribusi yang terlalu panjang. Oleh karenanya, kemitraan harus terjalin secara langsung antar industri dengan pembudidaya di setiap sentra produksi dengan mengedepankan kepercayaan, tanggungjawab dan transparansi”, tegas Slamet.

Slamet juga menambahkan, bahwa mengembangan industri berbasis nilai tambah juga perlu didorong. Memang saat ini nilai net eksportir kita terbesar tapi harus diakui 80% merupakan raw material. “Kita harus mulai lakukan diversifikasi produk. Bayangkan, jika kita mampu menaikan grade produk dari raw material menjadi semi refine carageenan, maka setidaknya nilai tambah yang akan didapat bisa mencapai 274%,” pungkas Slamet. (Red)

Komentar